Kumpulan puisi dan cerita yang sekali waktu diangkat dari kisah nyata. Semoga tulisan saya dapat menghibur dan mengisi waktu luang Sobat di manapun berada. . . Salam . . ( Di larang mengcopy, menayangkan ulang semua tulisan yang tertayang tanpa seijin Penulis )
Sabtu, 29 April 2017
Hai Ibu Mertua dan Menantu Putri
**
Hai Ibu mertua.. menantu putri bukanlah anak’mu
Dia istri dari putra lelaki’mu, yang Tuhan titipkan agar kau sayang
Orangtuanya telah bersusah payah dalam membesarkan dan mendidik dia
Maka dari pada itu janganlah selalu menuntut dan memeras tenaga serta pikirannya
Bersyukurlah karena dia mencintai dan menerima putra’mu sebagaimana adanya
Didiklah menantu putri’mu dalam kasih, tegurlah dengan kelembutan dalam kekurangannya
Niscaya akan terjaga dengan baik putra dan cucu’mu
Akan tentram hati menyaksikan kebahagiaan mereka
**
Hai menantu putri..
Ibu mertua bukanlah Bunda’mu
Yang kerap menuruti manja dan sikap kekanakan dalam dirimu
Beliau adalah seorang wanita yang melahirkan suami’mu dengan segenap cinta dan mempertaruhkan nyawa
Oleh karena itu hormati dan hargai Beliau dengan ketulusan
Jangan pernah membentak dan membicarakan kekurangannya, terlebih di hadapan keluarga’mu
Dengarkan curahan hati dan kebangga’annya sebagai seorang Ibu yang berhasil membesarkan putra tercinta
“Senyum Ibu mertua adalah hadiah terindah bagi suami’mu”
Sayangi Beliau melebihi engkau mencintai Bunda’mu
Karena tanpa restu Beliau tak akan kau bersanding dengan putra tercintanya
***
Doa seorang Ibu adalah obat terdashyat dalam segala perkara, sekali pun itu Ibu mertua
Dalam senyum dan doa Beliau, pasti tersebut nama’mu serta anak-anak yang terlahir dari rahim’mu
Maka sejahteralah engkau dalam mengarungi biduk pernikahan
Jaga dan rawatlah tali kasih terhadap Beliau
Rasa Tak se'Merdeka Katanya
Surtini namaku, tinggal di bumi bernama Polkadot
Gadis remaja desa anak Pak Karso
Saban hari kerjaku angon kambing milik juragan Badri
Setahun lalu rasa cintaku tertambat di hati Gimin
Pemuda kampung pedagang gorengan keliling
Lelaki itu menyatakan pula rasa sayangnya padaku
Tapi apa daya kami hanya dapat saling mencinta dalam bayang
Aku dan Gimin berbeda suku serta keyakinan
Aku dan keluargaku meyakini bintang, sedang dia juga orangtuanya yakin akan bulan
Aku dari suku buah persik dan dia srikaya
Jangankan berharap naik ke pelaminan berhias bunga sepatu, bergandeng tangan saja takut di cela
Bumi Polkadot tak mengijinkan pernikahan beda suku dan keyakinan
Saat mengikat janji suci haruslah satu paham dalam meyakini
Sambil angon kambing sering aku merenung di bawah pohon randu
Katanya kita tinggal di bumi MERDEKA... yang menghargai hak asasi setiap penghuni
Tapi mengapa aku dan Gimin tak memperoleh kemerdekaan itu?
Haruskah rasa cinta di persalahkan? sayang kami di kambing hitamkan?
Setahuku cinta tak mengenal apa dan kepada siapa
Dia datang begitu saja tanpa mampu di cegah dan di minta
Kami tak buta dalam mencinta, kalaulah cinta buta pastinya terlanggar sudah norma-norma
Mana arti kata MERDEKA, ketika kami di paksa tanggalkan salah satu keyakinan saat cincin janji suci tersemat?
Haruskah kami mengubah keyakinan hanya agar dapat mengarungi bahtera kehidupan bersama?
Semurah itukah harga keyakinan kami?
Seharga cincin bertengger di jemari
Haruskah kami berdua berubah meyakini awan yang tak di yakini siapapun…
Dan halilintar yang menikahkan, di saksikan mendung dan hujan?
Agar tak ada pihak keluarga kami yang di menangkan?
Aneh… katanya kita manusia punya hak asasi, tapi kadang kurasa hak itu hanya katanya
Aneh… kalau memang tak boleh ada pernikahan beda suku dan keyakinan di bumi Polkadot…
Mengapa si pencipta bumi itu mengadakan berbagai bentuk di alam semestanya?
Mengapa manusia di bumi polkadot punya sejarah berbeda dalam meyakini?
Pikirku… bulan, bintang, matahari, dan awan saja dapat saling melengkapi keindahan di langit
Bayanganku… cenil, klepon, parutan kelapa dan gula merah bisa saling memaniskan dalam tenggorokan walaupun tak sama rupa
Tapi… peraturan tetaplah peraturan
Aku cuma gadis remaja yang bisanya hanya berpikir tanpa berani menyuarakan..
Bahwa rasaku bagi kata MERDEKA tak SE’MERDEKA katanya
Sudahlah… biarkan saja cinta terganjal pada ke'MERDEKA’an kata
Walau airmata darah meleleh di luka hati, terpuruk merindu di bawah pohon kenari..!
Aku capek... Gimin lelah… selelah tuanya bumi Polkadot..!
Suminah Kobong
Suminah lari pontang panting..
Sesekali tersandung, namun tak ia pedulikan..
Tangisan bayi kecilnya tak menghalangi niat... Suminah kalang kabut...
Siang yang menyengat...
Panas... membakar badan dan isi di dada perempuan itu
Tak kala kabar dari tetangga sampai di telinganya
Parjo bilang... suami Suminah tertembak di depan gang...!
Bagai tertimpa bangunan rumah, Suminah kaget ...!
Di samping toko kelontong.. disaksikan'nya.. Parman tak berdaya...
Parman, lelaki yang selalu pulang membawa makanan untuk dia dan jabang bayi mereka
Kini tak berdaya... mati... tertembak... kata orang dia maling...!
Ya Gustiii... apa lagi iniii...?
Suminah meraung, menjerit... sekali lagi dia tak peduli... malingkah... rampokkah... dia tetap cinta dan kehilangan Parman
Lelaki yang tak pernah menyelingkuhinya... lelaki yang memberi dia dan putra mereka tempat berteduh...
Kini Suminah pilu meratapi hari tanpa Parman yang setia membawa pulang sebungkus nasi goreng untuknya...
Cinta Tak Bersyarat
Dia sendiri di sini..
Mawar nama perempuan itu
Menunggu kekasih yang tak kunjung datang
Dia tahu pujaan hati ada di belahan bumi nun jauh di sana
Ia pun mengerti entah kapan waktu akan mempertemukan
Mungkin saja hanya kata indah yang akan menemani hari-harinya
Entah benar atau hampa semata kalimat yang ia terima, dia tak peduli
Sebab kata itu bagai sang embun yang menyegarkan hidupnya
Mawar tetap setia menanti sang waktu, walau duri melukainya..
Menggoreskan luka dan berdarah..
Dia pun tak pernah mengeluh
Sebab cinta yang dia miliki.. cinta tak bersyarat
Kamis, 27 April 2017
Misteri Cinta'mu
Terasa begitu mempesona kata yang terucap
Memikat hati ku yang saat ini gersang
Ada yang ingin aku tanyakan...
Apakah kamu cinta aku?
Atau kau rayu aku agar engkau punya teman dalam sendiri?
Kau panggil sayang..
Agar aku membalas kata manis'mu dan membuat engkau senang?
Kau sebut aku cinta...
Supaya aku terbuai dan dapat memberikan semangat bagi'mu?
Cinta kamu adalah misteri bagi aku
Pak Tua dan Teman Masa Senja
Sekali lagi.. aku menemukan dia duduk di bangku taman itu
Masih mengintip dari balik pohon besar, ku lihat raut wajah'nya berseri
Pak Tua kini tak sendiri..
Seorang wanita setengah baya duduk di sebelah'nya
Tak cantik.. hanya perempuan biasa saja.. tanpa riasan
Sambil sesekali di belainya rambut wanita itu.. Pak Tua berkata..
"Sampai akhir zaman, aku akan berada di sini untukmu..
Kamu telah memiliki hati dan pikiran'ku
Aku benar-benar memujamu.. hai cinta'ku
Jika suatu hari nanti Tuhan membuat aku buta..
Kecantikan'mu masih dapat ku lihat..
Pinta'ku.. jangan'lah cinta'mu melemah, hai wanita tua..
Memiliki kamu dalam rumah kayu ini .. di antara taman bunga kita..
Adalah surga bagi masa tua'ku..
Telah terpatri nama'mu di hati'ku
Biarkan hanya sang maut yang dapat memisahkan kita.."
Mereka pun beranjak, bergandeng tangan..
Melangkah menuju rumah kayu..
Rumah masa senja penuh bunga cinta
Selasa, 25 April 2017
Ketika Aku Tua
Di masa senja, yang aku inginkan adalah ketenangan, jauh dari keramaian
Berada di antara orang yang aku sayangi
Walau mereka jauh secara fisik namun saling mencintai dalam hati
Aku hanya ingin menjadi apa adanya
Tidak ada sandiwara, drama dan konflik
Menjadi lebih bijaksana dalam menyikapi sisa kehidupan
Tinggal dalam rumah yang kecil namun nyaman
Di kelilingi taman bunga dan suara burung yang lepas bebas di alam raya
Tersenyum menunggu petang datang tanpa rasa dengki dan amarah di hati
Misteri Kita Berdua
Picture taken by ascended_troughts_photography
Biarkan aku mencintai kamu
Biarkan aku menjadi bagian dari hidupmu
Aku ingin berbaring di sampingmu
Dan ingin mati dalam pelukanmu
Perbolehkan aku berbaring disampingmu.. didalam pelukanmu..
Melihat indahnya bintang
Merasakan cinta yang tak pernah kurasakan
Karena aku percaya.. kamu dapat menghadirkan cinta itu untukku
Sejauh jarak bintang dan bumi.. itulah yang terjadi antara kita..
Tetapi itu tak mematahkan cintaku padamu
Hidup, perjumpaan dan cinta.. adalah sebuah misteri
Misteri antara kita berdua
Senin, 24 April 2017
Puisi Untuk Sang Tangkai
Hai tangkai..
Aku ingin mengatakan kepada kamu
Jika nanti aku layu dan tiap helai bunga ini berguguran..
Maafkan aku ya..
Ada masa aku berproses
Dari kuncup menjadi bunga..
Dengan warna yang mempesona dan menggairahkan..
Lalu layu dan berjatuhan, meninggalkan tangkai yang menopang sisa kecantikan..
Hai tangkai..
Jika masa itu datang.. kenanglah aku.. bahwa aku pernah memberikan warna indah untuk kamu..
Satu lagi yang harus kau tahu
Terimakasih telah menopang helai bunga ini untuk sekian waktu tanpa mengeluh..
Harus Pada Iblis atau Tuhan'kah Kata Tertuju?
Keriput kulit dingin terasa
Kerongkong kering tercekat
Lengket lambung teriris pedih
Terpuruk di sudut kios pasar, kotor, tak berlentera
Sesekali komat kamit mulut, sambil menggeleng, "Tiada tempat yang layak untuk terpejam, bersembunyi dari terik suryaMu. Kala malam datang ingin aku menelungkup nyaman di bawah kasut. Bukan'nya malas menjalani hari, mengais rejeki dari rongsok orang'pun tlah ku lakukan, bahkan doa tak henti ku ucap, apa mau'Mu sesungguhnya? Terlahir hina, menggelepar sengsara meniti waktu? Harus'kah ku lewat'i detik terakhir napas berbalut duka? Untuk apa kau ada'kan aku di dunia indah'Mu jika aku tak dapat menikmati? Di mana Engkau ketika terjadi bencana? Mengapa timpang terasa ketika kepala menengadah? Ku saksi'kan si kaya berlenggok.. angkuh.. Saat aku menunduk.. ku lihat si melarat sekarat? Sudah'lah.. . Aku lelah.. Terserah apa mau'Mu.. aku cuma minta bangun'kan aku sebelum surya bersinar esok. Mungkin saja masih ada asa tersisa, ya Tuhan.."
Di balik awan, Sang Sutradara bertahta..
Iblis menanti sabar..
Menunggu celah hati untuk di rasuki
Sang Pencipta tersenyum penuh misteri
Hidup tak mesti di sesali, harus senantiasa berseri dan berjuang
Walau perih menyayat hati
" hai ciptaanKu.. rencana'mu bukanlah Rencana'Ku "
Minggu, 23 April 2017
Hai Cinta...
Picture taken by ascended_thoughts_photography
Hai Cinta...
Apa kabar'mu pagi ini?
Adakah hati tergetar saat ku panggil lirih nama'mu?
Aku rindu... Kangen kamu
Sadarkah kau saat setengah hati ini kau bawa pergi?
Cinta... Ketahuilah...
Nasib memisahkan tubuh ini dari diri'mu
Tapi aku tak peduli, nasib bukanlah takdir...
Selama masih menghembuskan nafas di bawah langit yang sama
Menghentakkan gemuruh jantung di bumi pijakan kita Aku akan tetap mengejar'mu...
Meraih'mu...
Untuk mendapatkan kembali setengah hati'ku yang ada pada'mu
Cinta'ku pada'mu menghancurkan tulang dan membuat aku bodoh
Meluluh-lantak'kan akal sehat'ku
Hai Cinta... Apa kabar'mu pagi ini?
Tunggu sejenak...
Lihat senyum'ku esok
Senyum yang mengalahkan nasib, memenangkan takdir agar engkau mengembalikan setengah hati'ku
Memenangkan seluruh hati'mu yang ganti ku bawa
Cinta...
Siapkan waktu untuk meratapi hati'mu yang pergi bersama'ku...
Tanpa hadir'ku di sisi'mu
Cinta...
Kini dapat kau rasakan, apa arti merindu dan terpuruk Tubuh'mu kosong, hati'mu telah ikut bersama'ku
Selamat pagi Cinta... Tak akan ku kembalikan hati'mu, biarkan dia ikut bersama'ku selamanya
Setengah Lingkar Pelangi
Rasaku bagaikan sengatan surya
Hangatnya menggigit... tertinggal
Tak benar menghilang
Esok kan datang lagi
Seperti rasaku padamu...
Kadang datang, kadang pergi
Saat semilir angin berhembus
Sesejuk itu tiupan mesra padamu
Saat badai menggelora
Bergerola pula rasa amarah untuk dirimu
Kala pelangi membentang
Sepanjang bentangnya rasa dalam hati
Setengah lingkaran bersemburat warna indah
Nah kini kau tahu...
Hanya seperti itu rasaku padamu
Setengah lingkaran pelangi saja
Yang kadang dia datang... Kadang dia pergi...
Pernahkah Kamu Memimpikan?
Pernahkah kamu memimpikan...?
Suatu ketika nanti kita berjumpa lagi
Merajut kembali cinta yang terberai
Aku selalu memimpikan itu...
Di sudut kedai tempat biasanya kita bertemu
Setiap sore pada jam yang sama, aku ke sana
Memoles bibirku dengan gincu merah
Mungkin saja ada kamu di situ
Andai tak lagi ada cinta di hati untuk'ku...
Satu yang ingin ku pertanyakan
Mengapa kau pergi begitu saja...?
Dan tinggalkan luka di hati tanpa permisi?!
Bila saat itu kau berterus terang
Bahwa sudah tak cinta, tak butuh...!
Satu pintaku... kecuplah keningku seperti biasanya...
Setelah itu silakan pergi menjauh...!!!
Suatu sore pada jam yang sama
Ku tuliskan di atas meja kedai itu
"Tak ada yang bisa mencintaimu melebihi cintaku...!"
Aku akan menunggumu di sini... selalu... sayangku...
"Pulanglah padaku jika tak ada lagi yang mampu untuk mencintaimu..."
Kasih Tak Sampai
Pada batu karang kokoh itu masih terpahat indah namamu
Jemari menyentuh perlahan goresannya.. tetap membara gelora cinta dalam dada
Sejenak terpejam mata, napas hangat terhembus
Teringat biasanya kita memadu kasih di sini
Merenda masa depan seindah biru sang lautan
Lalu.. kepada riak ombak pantai lirih kubisikkan.. aku kangen kamu
Rindu manja.. tawa.. dan candamu..
Kemarin.. dalam nyanyian semilir angin ada syair cinta kita
Hari ini.. hembusannya melarakan jiwa karena kau tak lagi ada
Engkau pergi bersama cinta yang lain.. mencampakkan kasih yang telah terbina
Harapku.. semoga suatu hari nanti kamu datang kembali
Bukan untuk mencintaiku seperti yang kuinginkan
Tapi untuk menjelaskan padaku...
Mengapa kasihku tak dapat sampai pada hatimu...
Sabtu, 22 April 2017
Bunda Bangga Punya Kalian
Seorang teman datang berkunjung ke pondokku sore ini
Kami bercerita tentang apa saja.. maklum sekian tahun tak bertemu
Dia bercerita tentang buah hatinya Betapa bangganya ia akan anaknya
Seorang anak lelaki yang telah menyelesaikan studinya di luar negeri
Menyandang titel sarjana, tampan pula wajahnya
Dan kini meneruskan usaha keluarga yang terbilang punya nama di kota kami
Yah.. Ibu mana yang tak sukacita punya anak pandai dan berpendidikan tinggi?
Setelah teman berpamitan, aku termenung sejenak...
Dua putraku tak dapat menyelesaikan pendidikan hingga sarjana
Seorang lagi, si bungsu baru di sekolah menengah pertama
Sejak mereka di sekolah dasar sudah membantuku mencari pundi penyambung hidup
Dari menjual roti buatan kami hingga membantu pekerjaan tetangga
Kini dua putraku telah bekerja
Si sulung berprofesi sebagai fotografer, putra ke dua sebagai kepala toko, si bungsu lumayan berprestasi di sekolah
Bukan pekerjaan dan prestasi yang waah.. hanya biasa saja
Tapi aku sangat bersyukur.. mereka anak yang tangguh
Selepas sekolah tak ada yang meminta biaya padaku
Segala keperluan mereka tanggung sendiri termasuk biaya tempat tinggal
Aku berterimakasih pada Tuhan tiada henti
Walau bukan dari keluarga berada, mereka tak malu
Semangat mereka membuatku senantiasa tersenyum dan bahagia
Sebagai orang muda mereka sempat tergoda mencoba hal yang nakal
Tetapi tak ada yang mereka sembunyikan dariku dan aku memaafkan
Nak.. Bunda bersyukur
Kalian anugerah terindah dalam hidup ini
Walau tak bergelimang harta tapi kalian mampu tunjukkan pada dunia
Bahwa putraku mampu berdiri di atas kaki sendiri
Tanpa meminta belas kasihan dari mereka
Nak.. jangan pernah menyerah.. Malaikat Tuhan senantiasa sertamu
Bunda Bangga Punya Kalian
Jumat, 21 April 2017
Rembang Petang Pengantar Warna Cinta
Biarkanlah mereka mengatakan aku bodoh, mencintai bayangmu
Aku buta walaupun aku dapat melihat
Mereka tak mengerti apa yang aku rasakan pada palung hatiku
Melewati hutan jati dapat ku cium aroma tubuhmu
Pada sekam padi di lumbung, kutitipkan sajak terindah untukmu
Biarkanlah burung camar terbang menyampaikan rindu ini
Pada rembang petang dapat kulihat warna cinta
Semilir angin menjelang malam membelai wajahku perlahan
Membisikkan gelora asmara yang menyejukkan jiwa
Kuteriakkan pada sang bulan bahwa aku rindu
Dan bulan mengutus sang bintang berkelip mesra pada sang lelaki itu
Cintaku padanya hanya dapat di mengerti oleh kemurnian sang alam
Biarkan Masa Datang dan Pergi
Dalam hidup ini ada siang ada malam
Ada kalanya terang dan gelap datang silih berganti
Begitu pula ada masa kemenangan serta kekalahan
Bila salah satu dari masa tersebut datang
Menemani perjalanan hidup ini..
Hendaknya sang siang tak mencemooh malam
Sang terang tak memusuhi yang dalam sedang dalam kegelapan
Masa kemenangan tak menyingkirkan yang terkalahkan
Hendaknya kasih saling menguatkan dan menawarkan pertolongan
Cemoohan mengecilkan hati
Cibiran tak membangkitkan semangat
Kita tak lebih baik dari yang lain
Lalu apa gunanya kata yang tak perlu harus kita lontarkan?
Jikalau kita merasa lebih baik dari yang lain..
Alangkah indahnya jika kebaikan itu yang kita sebarkan?
Penilaian dengan kedengkian tak akan menghasilkan keharuman
Biarkanlah alam yang menilai
Tak perlu kita saling menjatuhkan
Semoga kita senantiasa mengasihi dengan ketulusan
Ma...
Ma.. untuk saat ini aku tak mampu bahagiakanmu dengan gemerlap duniawi
Dengan segenap hatiku.. aku menyayangimu
Diantara detik hembusan napasku.. bayang wajahmu kerap terlintas
Senyuman yang tersimpul dibibirmu adalah bahagia bagiku
Ma.. apakah engkau menyadari..
Ada sebuah tembok tinggi yang menghalangi pandangku padamu?
Dan aku memahami sesungguhnya itu bukan mau'mu Dapat kuselami di kedalaman hati..
Betapa sulitnya engkau mencoba untuk membagi rata cinta
Ma.. suatu saat nanti.. kecewa berulang yang pernah kuhadirkan dalam hidupmu..
Akan terbalas dengan indahnya karya yang tercipta dari tanganku
Ma.. terimakasih telah menghadirkanku di dunia ini Terimakasih telah menjadi ayah dan ibu bagi kami Terimakasih untuk kebesaran jiwamu
Aku tahu diriku tak pernah sendiri menghadapi rintang kehidupan
*Karena doa'mu senantiasa menyertai kami, anak-anakmu*
Akan Ku Hapus Airmata'mu
Anakku...
Ada saat baik dan ada saat buruk
Ketika kau sedih...
Baringkan kepala di pundakku
Akan ku hapus air matamu
Karena aku menyayangimu
Letihmu adalah letihku
Tawamu adalah bahagiaku
Seandainya aku tak mampu tenangkan dalam dukamu...
Ada malaikat Tuhan yang pastinya akan membelai lembut rambutmu, nak...
Dalam setiap hembusan napasku, terselip doa untuk anakku
Nak...
Maafkan..
Aku belum mampu menjaga kalian sesempurna yang semestinya
Ibu menyayangi dengan segenap rasa
*Ibu mencintai dari hati yang paling dalam*
*Terimakasih telah menerimaku sebagai apa adanya diriku*
#truestory "Aku Tak Butuh Pengakuanmu, Pak!"
Aku terlahir dari rahim seorang wanita belia
Aku ada karena wanita itu rindu menimang seorang bayi
Bukan karena aku tak di inginkan
Lelaki setengah baya itu yang membuahi dirinya
Lelaki perlente punya jabatan tinggi di sebuah hotel bintang lima di Ibukota
Sang wanita paham jika dia hanya istri ke selanjutnya
Sang suami pergi dan datang sesempatnya saja mengunjungi dia dan putranya
2 tahun 2 bulan setelah aku terlahir tak pernah lagi nampak batang hidung lelaki itu!
Sang wanita terhianati, hati tertusuk sembilu!
Sekali bergulir deras air dari kedua matanya, hanya sekali saja!
Sejak saat itu tak pernah lagi ku lihat dia menangis
24 tahun berlalu sudah tanpa kehadiran lelaki yang dulu menabur benih di rahimnya
Jangankan biaya untuk putranya, bayangan lelaki itu pun tak pernah ada!
Tetapi senyum sang wanita itu senantiasa mengembang
Sang putra mengingatkan dia dengan sebaris kalimat "Aku tak butuh pengakuan dari ayahku!! Sebab Tuhan lebih mengakuiku!"
Apa yang dapat ku banggakan dari pada pengakuan seorang manusia?
Tanpa ayah pun aku dapat hidup baik hingga kini..
Apa yang harus ku keluhkan?
Biarlah lelaki itu hidup dengan penolakannya
Dan aku hidup dengan maafku untuknya
Selesai perkara!
#hati_yang_tawar
Cinta Tak kan Menghianati
Namaku Cinta ...
Aku adalah suatu hal yang indah
Tak inginkah kau memiliki?
Namun ketika sebuah hati menyematkan namaku
Tak jarang mereka terluka
Meneteskan airmata duka
Tergores perih terhianati
Seharusnya Cinta tak begitu adanya
Cinta yang tulus rela memberi tanpa harus menerima
Melepaskan apa yang tak semestinya di genggam
Tersenyum kala tersakiti
Aku berharap suatu saat engkau mengerti
Bahwa begitu besar arti namaku
"Cinta tak akan menyakiti dan menghujam rasa"
Kamis, 20 April 2017
Pak Tua dan Lamunan Masa Senja
Hai pak tua..
Aku menemukanmu lagi sore ini
Duduk seorang diri di bangku kayu lapuk, diantara rimbunnya bunga
Apakah yang kau lamunkan?
Kamu tak pernah tahu..
Bahwa aku juga hadir di tempat ini
Bersembunyi dibalik besarnya batang pohon
Mencuri pandang padamu..
Aku melihat.. kau pandangi indahnya pegunungan nun jauh di sana
Sesekali kau pejamkan matamu
Adakah kau rindukan aroma hutan itu?
Ataukah kau ingin menjadi bagian darinya?
Pak tua.. mungkin kau ingin menghabiskan sisa hidupmu dalam keheningan
Jauh dari bisingnya suasana kehidupan di kota
Jauh dari kesombongan duniawi
Lepas dari mereka yang selalu berlomba menjadi yang paling hebat
Pak tua..
Andai itu impianmu.. akankah kau pergi seorang diri?
Bolehkah aku menemanimu?
Menjadi teman masa tuamu?
Akan ku tanam aneka sayuran
Ku kumpulkan kayu bakar untuk perapian kita
Dan kau pergi untuk mencari ikan di sungai
Lalu aku buatkan sup hangat untukmu
Akan aku nyalakan api di tungku
Agar cahayanya menerangi rumah kayu yang kau bangun untuk tempat tinggal kita
Bercengkerama di beranda ditemani suara suara alam
Sebelum kita melalui malam dalam tidur
Ah.. semoga saja impianmu sama seperti mimpiku
Langganan:
Postingan (Atom)