Senin, 24 April 2017

Harus Pada Iblis atau Tuhan'kah Kata Tertuju?



Keriput kulit dingin terasa
Kerongkong kering tercekat
Lengket lambung teriris pedih 
Terpuruk di sudut kios pasar, kotor, tak berlentera

Sesekali komat kamit mulut, sambil menggeleng, "Tiada tempat yang layak untuk terpejam, bersembunyi dari terik suryaMu. Kala malam datang ingin aku menelungkup nyaman di bawah kasut.  Bukan'nya malas menjalani hari,  mengais rejeki dari rongsok orang'pun tlah ku lakukan,  bahkan doa tak henti ku ucap,  apa mau'Mu sesungguhnya?  Terlahir hina, menggelepar sengsara meniti waktu?  Harus'kah ku lewat'i detik terakhir napas berbalut duka?  Untuk apa kau ada'kan aku di dunia indah'Mu jika aku tak dapat menikmati?  Di mana Engkau ketika terjadi bencana?  Mengapa timpang terasa ketika kepala menengadah? Ku saksi'kan si kaya berlenggok.. angkuh.. Saat aku menunduk.. ku lihat si melarat sekarat?  Sudah'lah.. . Aku lelah.. Terserah apa mau'Mu.. aku cuma minta bangun'kan aku sebelum surya bersinar esok.  Mungkin saja masih ada asa tersisa, ya Tuhan.." 

Di balik awan, Sang Sutradara  bertahta.. 
Iblis menanti sabar.. 
Menunggu celah hati untuk di rasuki 

Sang Pencipta tersenyum penuh misteri 
Hidup tak mesti di sesali,  harus senantiasa berseri dan berjuang
Walau perih menyayat hati 

" hai ciptaanKu.. rencana'mu bukanlah Rencana'Ku "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar